
( nilai-nilai universal. misalnya jalan yang lebar, pendestrian yang baik, transportasi umum, ruang terbuka yang cukup dan sebagainya ) dan identitity urban desain (yaitu landmark khas dari kota tersebut misalnya seperti kota-kota yang ada di Eropa) . Landmark tersebut dapat berupa bangunan, monumen, atau ruang terbuka hijau yang bisa dijadikan suatu identitas suatu kota tersebut. sebagai contoh Jogya , kota tersebut mempunyai lendmark yaitu jalan malioboro, kota tersebut dapat dikatakan kota yang baik jika mempunyai universal urban designnya di perbaiki, misalnya jalan yang lebar da tidak macet.
Selain itu kawan jika kita lihat dari konteks fisik, suatu kota itu harus mempunyai wajah sejarah, mengapa seperti itu? karena sejarah dapat dijadikan sebagai identitas kota tersebut sejauh mana perkembangan dari kota itu. banyak sekali kota-kota di Indonesia menghancurkan bangunan - bangunan lamanya dan menggantikan dengan bangunan baru yang serta merta lebih jelek desainnya dari bangunan lama tersebut. Padahal kawan jika kita simak secara bijaksana wajah kota masa lalu bisa berdampingan dengan wajah kota yang baru. misalnya di kota Paris dan Singapura.
Bagaimana dengan konteks sosialnya? disini kita akan membahas lebih lanjut tentang manusia yang ada di kota tersebut. Kawan, jika kita simak sebagian besar kota-kota di indonesia selalu mempunyai dua wajah yang berbeda atau kontras. disini bisa kita lihat dari masing-masing aspek strata sosialnya, contohnya saja ada yang bekerja di sektor formal dengan penampilan yang rapi dan berdasi mereka selalu menempati tempat-tempat yang megah dan nyaman untuk ditempati. Namun beda lagi dengan para pekerja yang ada di sektor non formal, contohnya saja PKL. Saat ini para pekerja yang bergerak dibidang ini selalu dianggap permasalahan suatu kota. padahal jika kita teliti lebih dalam hal tersebut sebenarnya bukan suatu tetek bengek dari masalah suatu kota namun itu adalah suatu penggerak perekonomian suatu masyarakat perkotaan.
Kawan, selam negara kita kita masih menyandang status negara berkembang PKL itu tak akan pernah bisa dihilangkan melainkan mereka harus bisa dibina sehingga masalah-masalah sosial yang ada di suatu kota berjalan dengan baik dan menjadikan kota itu sehat secara fisik maupun batin. Sehingga suatu saat para penghuni suatu kota tersebut, bisa bangga terhadap keberadaan kotanya.
Setelah membaca sedikit serpihan ilmu yang saya peroleh diatas, saya mulai berpikir mengenai keberdaaan kota saya, kota yang terletak di ujung timur pulau garam dengan julukan khasnya "kota budaya religi" atau "Jogya-nya Madura" apakah telah benar-benar sesuai dengan teori-teori diatas?! tunggu saja ulasannya di posting-posting selanjutnya ...
1 komentar:
gak ikut Mini Pesta Blogger, Mas?
beritanya: http://plat-m.com/blogshop-dan-mini-pesta-blogger-madura/
pendaftarannya: https://spreadsheets.google.com/viewform?formkey=dFR0bDhfWXpwbzJyQVVHLUR1RXpTVXc6MQ
Posting Komentar